Lokasi Pengoenjoeng Blog

Rabu, 01 April 2009

Biola Jadul…


Oye rupa, oke suara. Tak heran jika jagad menyukainya. Dan seperti layaknya selebriti, perjalanan hidupnya dipenuhi kabar-kabari, kabar skandal, sas-sus dsb. Siapakah gerangan dia? Ya…, itulah dia si Biola Jadul.

Proporsinya pas, barangkali itu yang membuatnya terlihat jelita. Siluetnya persis gambaran sosok ideal wanita, ramping di pinggang, enak dipandang. Make up berupa plitur warna jingga kecoklatan. Puncak kepala berhias ukiran serupa sanggul, komplit dengan empat buah konde di kiri dan kanan. Belum lagi suaranya, wow merdunya…, jangan ditanya!

Dan sudah pasti, untuk merancang dan membuatnya menjadi seperti itu dibutuhkan bukan hanya ketrampilan selevel tukang kayu biasa, tapi perlu tukang yang paham soal matematik, arsitektur, ilmu akustik, ilmu kimia, ilmu musik serta berdaya kreasi tinggi.

Seorang luthier atau pembuat alat musik lute, gitar dan sejenisnya berasal dari Cremona Itali telah berhasil menciptakan alat itu jauh berabad lalu, yaitu abad ke 15. Alat musik gesek berdawai empat karya cipta Andrea Amati itu kini kita kenal dengan sebutan biola atau violin.

Beruntung, keahliannya membuat biola itu tidak dimonopolinya sendiri tetapi diwariskan turun temurun kepada putra, sanak kadang, handai taulan serta para murid. Diwariskan lewat generasi ke generasi, lewat abad ke abad. Dan di antara para murid terdapat nama Guarneri abad 16 serta Stradivari di abad ke 17.

ISTIMEWA
Yang sungguh istimewa dari biola itu adalah bahwa dia berhasil dirancang untuk segala usia. Hampir semua umur akan bisa memainkannya. Ya…, biola itu bisa dibuat diberbagai ukuran sesuai dengan jangkauan lengan dan jemari tangan masing-masing kita. Ada ukuran anak-anak hingga ukuran dewasa. Dimulai dari biola berukuran dewasa atau 4/4, kemudian ukuran 3/4, 1/2, 1/4, 1/8, 1/10, 1/16, dan yang mini 1/32. Biola 4/4 memiliki panjang bodi sekitar 35 cm. Biola 3/4 sekitar 33 cm dan ukuran 1/2 sekitar 30 cm. Kita perlu catat bahwa biola 3/4 bukan berarti ¼ kurang dari ukuran dewasa atau ukuran penuh.

AWAS ADA MAFIA
Seiring jaman alat musik biola itupun berangkat populer. Metode pengajarannya berkembang. Para violis, para pemain biola handal seperti Vanessa Mae dan Idris Sardi
bermunculan, disamping ada juga pemain yang sekedar amatiran…, kayak saya. Banyaknya penggemar, anak2, dewasa, pria maupun wanita, telah membuat pasar biola menjadi riuh semarak. Di keramaian pasar itu terlibat kelompok para pedagang yang berhadapan dengan kelompok calon konsumen. Terlibat kelompok para pakar yang berhadapan dengan kelompok bakal. Dan seperti biasa, di bisnis semok dan legit semacam itu ada pula mafia pencari mangsa, ada orang2 yang tega mengakali dan menipu para calon pembeli. Tak tanggung-tanggung mereka terdiri dari oknum yang seharusnya paling dapat dipercaya, yakni para dealer, para apraisal serta balai lelang. Modusnya, biola kelas kambing di tempeli label nama besar, biola ecek-ecek diberi label dan diaku sebagai karya maestro. Gilanya, diterbitkan pula sertifikat jaminan keaslian dan kemudian biola itu…, dilelang!

Skandal pemalsuan merek seperti itu banyak terjadi di masa lalu. Nama Stradivarius yang paling sering dipalsukan. Namun bukan hanya dia saja, AMATI, GUARNERI, dan STAINER, juga CAPPA, DALLA COSTA, KLOZ (KLOTZ), DUKE, BANKS, GAGLIANO, GUADAGNINI, RUGGIERI, TONONI, VUILLAUME, MONTAGNANA dll. juga sering dicatut namanya.

Saking banyaknya kasus pemalsuan merek, dibuatlah kemudian kode etik pelekatan label pada tahun 1958. Inti aturan, berdagang biola itu musti jujur. Biola hasil jiplakan atau foto copy an musti dibilang biola copy. Biola orasinil (tidak asli) tidak boleh dibilang sebagai biola orisinil.

BISA APES DONG
Meskipun tipa-tipu pemalsuan label itu peristiwa jadul, jaman dulu, namun hingga kini dampaknya masih terasa. Hari berganti, biola-biola berlabel palsu yang dulu dipersoalkan itu sekarang otomatis menjelma menjadi biola-biola tua. Mereka dapat ditemukan di mana-mana, tersebar di seluruh penjuru dunia. Mereka menjadi biola dengan dosa asal, yaitu biola tua berlabel aspal (asli tapi palsu).

Dan bukan tidak mungkin kitapun telah menjadi salah satu korban. Tiwas kita merasa bangga punya biola tua bermerek, tiwas kita beli mahal, tiwas kita merasa dapat rejeki nomplok, merasa mendapat benda istimewa berharga sejuta dolar, ee…, tak tahunya itu cuma biola bodong, biola bermerek bo’ong. Wah, apes dong…

Jadi, apabila kita memiliki biola jadul itu, kita perlu ambil sikap realistis. Merek palsu pasti lebih banyak ketimbang aslinya. Kemungkinan kita mendapatkan yang palsu lebih besar daripada memperoleh barang asli. Dan yang namanya barang merek palsu, pastilah harganya tidak mahal.

Pengertian seperti ini penting agar kita segera berhenti bermimpi, tidak perlu lagi berharap akan mendapat rejeki melimpah dari biola Stradivarius yang kini kita miliki yang kita sangka asli. Ya, apakah punya kita itu biola Stradivari asli…, pasti bukan lah yauw.

Namun di luar itu kita perlu setuju bahwa sosok biola memang sungguh cantik, apik dan artistik. Tak peduli itu biola spesial atau sekedar biola biasa, semua mereka enak dipandang, enak didengar dan enak dimainkan. Wis jan…, biola pancen oye. Jadi jangan bimbang dan ragu, gesek saja biola dan dendangkan lagu gelang sipatu gelang. Tapi jangan lupa…, sarapan!

Lho, kok gak nyambung…..?

1 komentar:

  1. Benul maz setubuh.. saia suka ma yank ku juga karna body nya yang kaya gitar kay biola maknyusss...

    BalasHapus