Lokasi Pengoenjoeng Blog

Senin, 15 Februari 2010

PROFESI PERAMAL, KAGAK ADE MATINYE


Kegiatan ramal-meramal telah ada sejak awal sejarah. Dulu, meramal kerap diasosiasikan dengan suasana yang seram, ruang peramal yang gelap, sempit, dan dipenuhi asap dupa. Ditambah dengan aksi peramal yang tak kalah menegangkan. Namun kegiatan meramal ternyata juga berubah, sesuai perkembangan zaman, terutama di Jakarta. Kegiatan tersebut kini memasuki trend baru, yaitu diadakan di kafe-kafe.

Di kafe, ramalan tampaknya lebih ditujukan sebagai sebuah bentuk hiburan. Para peramalnya pun rata-rata berusia muda, dan berdandan modis. Sementara pengguna jasanya juga biasanya hanya sekedar ingin tahu masa depan, tanpa sungguh-sungguh memasukkan ramalan tersebut ke dalam hati. Ini tidak berbahaya. Yang berbahaya, adalah jika orang tersebut menjadi takut, dan melakukan usaha yang tidak sepantasnya.

Psikolog menilai, orang yang datang ke peramal, apakah untuk melihat masa depannya, ataukah untuk minta tolong diberikan jalan untuk mencapai cita-citanya, tidak memiliki rasa percaya diri. Namun bagi Bulik Sopo Kae, seorang peramal, mereka yang datang kepadanya bukannya tidak memiliki rasa percaya diri, melainkan mencari teman berbagi cerita yang tidak berpihak.

Melihat masa sekarang ataupun masa depan, dengan medium kartu, tanggal lahir dan punggung tangan, ataupun kartu tarot, dengan kesurupan ataupun tidak, di ruang khusus ataupun sekedar kafe, nyatanya profesi peramal pada umumnya, memang senantiasa dibutuhkan orang. Sampai kapanpun, keingintahuan orang akan hidup dan kehidupannya memang tak akan pernah terpuaskan. Di sisi lain, nyatanya membuka peluang usaha baru.

Gitu deh…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar