Lokasi Pengoenjoeng Blog

Sabtu, 31 Januari 2009

Sepeda Onthel & Trumpet


Ini foto unik, peristiwa jadul, jaman dulu.

Marching band biasanya erat kaitannya dengan urusan baris berbaris, bunyi genderang dan musiknya berguna untuk menyelaraskan derap langkah anggota barisan. Tapi para serdadu kelompok marching band ini beraksi memainkan tambur serta meniup trumpet sembari..., mengayuh sepeda onthel.

Ah, ada2 saja. Mentang2 trumpet itu bisa dimainkan hanya dengan satu tangan, sementara tangan yang lain masih bisa dipakai megang setang. Coba kalau yang ditiup itu saxophone. Mana bisa dia main saxophone sambil nyetir sepeda onthel?! Wis jan...

Jumat, 30 Januari 2009

Dug tik dak tik dug..., suara sepatu kuda.

Baik suara kaki2 kuda yang sedang berlari beneran maupun sekedar lagu yang berkisah tentang kuda itu, kini sudah jarang terdengar. Namun mumpung masih ingat syairnya, baik juga kalau kita nyanyikan lagu jadul yang kayak begini ini:

Pada hari Minggu kuturut ayah ke kota
Naik delman istimewa, kududuk di muka
Kududuk samping pak Kusir yang sedang bekerja
Mengendali kuda supaya baik jalannya
Dug tik dak tik dug..., tik dak tik dug, tik dak tik dug
Dug tik dak tik dug..., tik dak tik dug, suara sepatu kuda.

Wis jan, jadi bocah lagi deh kita...

Lampu hemat energi..., apakah itu?

Kali ini kita justru akan bicara soal yang cukup mutakhir yakni soal "lampu hemat energi". Mengapa? Ya biar kita tidak dicap sebagai "orang jadul", menungsa jaman doeloe yang kagak ngikutin trend, kagak ngetrend...

Beberapa waktu belakangan ini cukup marak iklan tentang lampu hemat energi dan tahan lama. Katanya bohlam lampu yang daya listriknya cuma 8 watt bisa seterang lampu 40 watt. Yang 13 watt bisa sebenderang 60 watt, dst. Bener kagak sih ada model lampu kayak gitu? Kok bisa dia menghemat energi?

Konon ceritanya, lampu pijar biasa, terdiri atas kumparan kecil kawat tungsten yang dibungkus bola gelas berisi gas argon atau nitrogen. Saat bola lampu itu dinyalakan, suhu kawat tungsten mulai meninggi dan kawat mulai memancarkan panas. Dan ketika suhu kawat kian tinggi lagi, menjadi sekitar 2.200 derajat Celsius, kawat pun berpijar en memancarkan cahaya.

Suhu tinggi kawat itu akan menguapkan sebagian kecil kawat. Ini bisa kita lihat pada adanya bercak2 hitam di bola lampu setelah lampu dipakai cukup lama. Akibat penguapan, kawat itupun menipis hingga akhirnya setelah sekitar 1000 jam dipakai, bohlam pun is doood alias mati. Lampu biasa ini boros dan tidak efisien krena hanya 10% energi listrik yang diubahnya jadi cahaya. Yang 90% sisanya..., sekedar jadi panas doang.

Pada jenis yang baru, bola lampu hemat energi (lampu halogen), gas yang digunakan adalah gas halogen (seperti brom). Gas ini mampu bereaksi dengan bercak hitam kawat tungsten yang menguap gara2 suhu panas dan yang biasanya menempel di gelas, menghasilkan apa yang dinamakan metal halida. Metal halida ini akan menempel kembali di kawat tungsten. Dan karena tingginya suhu, metal halida pun pecah lagi menjadi logam tungsten serta gas halogen. Logamnya menjadi satu lagi dengan kawat tungsten, sementara gasnya akan bergabung dengan gas halogen lainnya di dalam gelas, sehingga terjadilah proses..., daur ulang tungsten. Nah, adanya proses daur ulang inilah yang membuat kawat tungsten itu awet, mampu bertahan 3 hingga 10 kali lebih lama daripada lampu pijar biasa.

Lha nanti saat lampu hemat energi sudah banyak dipakai orang secara luas, bagaimana nasib lampu pijar yang biasa? Ah.., ternyata tak hanya lampu minyak, bahkan lampu listrik pun bisa ketar ketir juga, terancam bakal masuk kotak sebagai barang jadul. Dan itu kiranya akan terjadi..., takkan lama lagi. Percayalah...

Telegram, telegraph...




Mau bilang apa? Ditdit dahdah atawa ditdah ditdah...

Ya, itulah cara telegraph bicara, pakai bahasa/kode Morse.

Kode morse (ditemukan tahun 1836 oleh Samuel F. B. Morse dan Alfred Vail) merupakan salah satu cara untuk encoding (menyandikan) karakter yang biasanya digunakan dalam transmisi informasi telegrafik. Kode ini menggunakan rangkaian yang sudah distandarisasi elemen pendek dan panjangnya untuk merepresentasikan huruf, angka, tanda baca, dan karakter khusus untuk membuat pesan. Elemen pendek dan panjang tersebut dapat dibentuk dengan suara, tanda atau gelombang, on-off keying (semacam saklar nyala-mati) dan umumnya diketahui sebagai "dot" dan "dash" atau "dit" dan "dah".

Kode Morse Internasional tersusun dari 5 elemen:
1. tanda pendek, dot atau 'dit' (.) - panjang 1 satuan
2. tanda panjang, dash atau 'dah' (-) - panjang 3 satuan
3. pemisah intra-karakter (antara dot dan dash dalam 1 karakter) - panjang 1 satuan
4. pemisah pendek (antar karakter/huruf) - panjang 3 satuan
5. pemisah sedang (antar kata) - panjang 7 satuan

Kode morse ditransmisikan hanya dengan 2 tetapan (on dan off) sehingga dapat dikatakan bahwa kode morse adalah bentuk awal dari kode digital. Gitu deh...

Kring kring Pos...


Ini lagu, dulu sering kita nyanyikan. Tapi kini..., tak lagi terdengar. Kalaupun kita nekat berdendang, malah jadi wagu, karena pak pos jaman sekarang tidak lagi bersepeda onthel tapi sudah pakai..., sepeda motor.

Syair lagu: Tukang Pos

Aku tukang pos rajin sekali
Surat kubawa naik sepeda
Siapa saja aku layani
Tidak kupilih
Miskin dan kaya
Kring kring pos...

Piye Jal?

Bis Surat & Kotak Surat nan merana...



Bis surat ini segera bakal jadi sekedar barang pajangan di pojokan jalan, atau malah mungkin akan dibongkar. Nasibnya kian merana, tak lagi sering digunakan. Pintunya juga tak lagi berkunci...

Dan kotak surat ini nasibnya semerana bis surat. Selalu melompong. Akan diisi apa dia? Surat? Kagak lah yauw, lha wong sekarang sudah jamannya orang pada SMS an. Piye Jal?

Penny Black, prangko pertama di dunia.


Prangko, pertama kali diperkenalkan di Britania Raya, pada 01 Mei 1840, sebagai bukti pembayaran layanan jasa pos, kirim surat dsb. Prangko pertama ini biasa disebut "Penny Black".

Prangko harus dtempelkan pada amplop surat sebelum dikirim. Cara menempelkannya mudah saja, kita cukup..., menjilatnya! Lho? Lha hiyalah, karena prangko ini sudah berperekat.

Pertanyaan kita di jaman sekarang, akankah sistim pembayaran lewat prangko ini akan berumur panjang? Piye Jal?

Jalan Raya Pos Anyer Panarukan

Nama HW. Daendels tak dapat dipisahkan dengan keberadaan jalan raya pos Anyer Panarukan. Meskipun menurut catatan sejarah lama, Daendels sebenarnya hanya terinspirasi oleh pasukan Sultan Agung yang pernah menggunakan jalan raya tersebut pada tahun 1614 an, untuk ulang alik menyerang Batavia.

Jalan tanah yang mampu dilalui cikar dan pedati dengan roda tinggi berjari jari, agar mudah ditarik tangan apabila terperosok, konon juga dipakai untuk mengangkut meriam oleh Sultan Agung.

Di beberapa daerah, terdapat pondokan untuk istirahat dan mengganti kuda segar, juga mengikuti lokasi yang sudah ada 200 an lalu itu, karena bekas pondokan dengan jarak tempuh tertentu, dirasa masih cocok dan dapat dimanfaatkan, tidak hanya sebagai pos ganti kuda (pos pengumben), namun juga sebagai pondok istirahat petugas pos.

Jalan Raya Pos atau jalan raya de grote postweg itu dibuat/disempurnakan oleh Daendels demi kelancaran arus tapak kuda, kaki kerbau, sapi penarik gerobak, pedati, cikar, dan angkutan benda pos mulai surat hingga jasa pengiriman lainnya. Selain tentu saja demi strategi militer dan kelancaran komunikasi antar kota antar propinsi, kala itu.

Mulai dari Anyer, melalui Serang dan Tangerang menuju Jakarta misalnya, terdapat 14 “stasion pos”, delapan berada di Karesidenan Banten. Sementara di Serang dan Tangerang didirikan tempat untuk makan dan bermalam. Ya, kuda2 hela itu memang harus digilir, digonta ganti. Sebab kalau tidak…, capek deeehhh! Gitu deh…

(Dari berbagai sumber)

Cap Postkantoor



Prangko kertas..., bakal ketinggalan jaman.

Prangko kertas dinilai orang tidak praktis, karena untuk membelinya, harus ke kantor pos (atau alternatifnya), lalu dilekatkan ke amplop atau kartu pos, lalu diposkan. Kita harus pergi dari rumah ke kantor pos dst, dsb. Pokoknya…, repot! Tapi adakah solusinya? Kita perlu simak ceritanya.

Untuk mengatasi kerepotan soal prangko itu, dinas pos Amerika dan Inggris telah menawarkan suatu solusi baru, yaitu prangko yang bisa dicetak sendiri oleh pembelinya! Kita akan lihat dulu yang versi Amerika. Kita tinggal “beli software”-nya di kantor pos seharga USD $15.99 (seharga kira-kira 20 prangko pengiriman lokal). Setelah diinstal di komputer kita, kita bisa memakai program ini untuk mencetak prangko, lalu menempelnya ke amplop (bisa juga sih dicetak langsung di amplop). Komputer harus terhubung ke Internet, agar tersambung langsung ke sistem kantor pos. Oh ya, kita juga akan mendapat timbangan surat gratis, untuk menimbang surat yang akan kita kirim dan menginput bobot amplop ke program, sehingga akan dihitung tarif yang benar. Saldo kita berkurang sesuai dengan jumlah prangko yang kita cetak.

Setelah itu, kita tinggal memasukkannya ke bis surat terdekat dan surat akan terkirim. Bila saldo kita habis, maka kita harus mengisinya kembali, sudah barang tentu bisa melalui kartu kredit, cek, atau setoran ke kantor pos.

Kalau versi Dinas Pos Inggris sedikit berbeda, karena kita harus membeli softwarenya lalu per bulan kita harus berlangganan.

Banyak keuntungan dari sistem pos pribadi ini, yaitu: kita tidak perlu ke kantor pos, bisa mengubah atau membuat tambahan disain di prangko, bisa memberi gambar tambahan (misalnya: logo perusahaan, kata “rahasia”, “barang cetakan”, dsb).

Nah, prangko konvensional mendapat saingan berat lagi. Tak lama lagi prangko kertas bakal menjadi “barang jadul”. Gitu deh…

(Dari berbagai sumber).

Comptoir Post..., jadi Kantor Pos

Herman Willem Daendels diduga menjadi "pencipta" kata kantor pos. Ada penelitian kecil menyebutkan, kata kantor post itu asalnya dari kata comptoir, lalu lama kelamaan dikorupsi bunyinya menjadi kantoor. Kata kantoor yang asal Belanda, kemudian menjadi kata "kantor" sesuai lafal Indonesia.

Kata "pos" juga asalnya dari kata poste atau post, asal dari kata posita. Pada surat menyurat di jaman Daendels, konon tertera cap dan tanggal serta kata postkantoor. Setelah lepas dari penjajahan Belanda, kata postkantoor menjadi kantor pos. Gitu deh...

(Cerita dari berbagai sumber).

Perkenalan...

“GALERI ANTIK SERBA JADUL”
Jaman boleh berkembang, kita boleh menua, tapi kenangan akan segala sesuatu di jaman dulu (jadul), janganlah sirna.

Sedulur, blog ini akan menampilkan aneka cerita dan aneka benda yang di jaman dulu (jadul), pernah sangat populer atau pernah terpakai di hidup keseharian kita2, namun sekarang sudah atau nyaris hilang tertelan oleh kemajuan jaman.

Kesertaan para sanak kadang sangat diharapkan agar blog ini sarat dengan kisah pengalaman, penuh dengan pengetahuan masing2 dulur yang diperoleh dari sumber manapun tentang masa lalu. Banyak hal yang bisa diceritakan, misalnya perihal “dolanan bocah tradisional”, benthik, egrang, congklak, bekelan, sumbar suru, dakon, dsb. Permainan anak2 seperti itu sekarang tak lagi atau jarang terlihat.

Atau tentang “labur” alias kapur tembok atau “kapur gedek” oplosan sendiri yang sekarang sudah tergantikan oleh produk cat tembok made in pabrik. Tentang lampu teplok dan petromax yang dulu setia menemani kita saat belajar membaca, tentang sepur kluthuk, tentang susur dan sirih, tentang sepeda onthel, tentang radio bermata kucing, perkara dandang dan soblok punya simbok, atawa jam saku milik bokap, tentang keris dan tentunya masih ada sejibun lagi cerita lainnya.

Dan agar kita mudah memulainya, artikel, gambar maupun foto2 telah dikelompokkan dalam beberapa kategori. Dengan demikian kita tinggal memilih, akan berangkat bercerita dari mana, dari kategori apa.

Kategori2 itu sbb:

Kategori Rumah Jadul
= Modelnya piye, apa catnya, bagaimana gentengnya, lantainya kayak apa, pembagian ruangannya gimana dst.

Ruang Tamu.Jadul
= Kursi tamunya kayak apa, taplak mejanya model piye, sistim penerangannya pakai apa, dekorasinya seperti apa, dll. Tamu biasa disuguhi apa, gelas, piring, nampan, toplesnya model gimana.

Ruang Keluarga/Ruang Makan Jadul.
= Meja & kursi makan model gimana, piranti daharnya, jam dindingnya, radionya, hiasan temboknya dsb.

Ruang Tidur Anak Jadul.
= Tempat tidurnya seperti apa, pakai kelambu atau tidak, berkasur empuk atau pakai tikar dst.

Ruang Tidur Bapak Ibu Jadul.
= Tidur di balai2 atau dipan, meja rias ibu seperti apa, jam wekernya, kapstoknya, dll.

Kamar Mandi & WC Jadul.
= Sumurnya kayak gimana, embernya, kerekan timbanya, sikat gigi, odol dan sabunnya.

Dapur Jadul.
= Perabot dapurnya apa saja, anglonya, ceretnya, pancinya, tempat bumbu, wadah berasnya dsb.

Tempat Cuci Jadul.
= Piranti cuci apa saja, gilesannya, sepetnya,, sabun leraknya, sabun batangnya dsb.

Piranti Bersih2 Jadul.
= Pemukul kasur, sapu ijuk, sapu lidi, tempat sampah, cikrak dll., seperti apa dan dibuat dari apa.

Piranti lain2 Jadul.
= Peralatan tukangnya, alat jahitnya, piranti ngrokoknya, piranti hiburannya dll.

Hobi Keluarga Jadul.
= Hobi bapak, hobi ibu, hobi simbah, hobi kita, hobi kakak adik kita dsb.

Pakaian Jadul.
= Model pakaian simbah, bapak, ibu, kita, bayi, bocah, remaja dll.

Dolanan Bocah Jadul.
= Permainan apa saja yang dimainkan, mainan apa saja yang dibuat sendiri dll.

Di Sekolah Jadul.
= Bel sekolahan seperti apa, bangkunya, papan tulis, penghapus dan kapurnya, sabak dan grip, seragamnya, sepatunya, raportnya , jajannya, angkutannya, dst.

Di Acara Resepsi Jadul.
= Menunya, pakaiannya, kadonya, hiburannya dsb.

Di Jalan Jadul.
= Rambu2nya, angkutan umum, angkutan pribadi, spanduk iklannya dst.

Di Pasar Jadul
= Model counternya, alat bungkusnya, timbangannya, uangnya, tenggoknya, aneka dagangannya, penganan jajan pasarnya, centengnya dll.

Aneka Pertunjukan Hiburan Jadul
= Pasar malam, Layar Tancap, Wayang Kulit, Ketoprak, Bioskop dst.

Kantor Pos, Telephone & Telegram Jadul.
=Sampul Surat, Perangko, piranti telegram, piranti telephone dsb.

Buku, Koran dan Majalah Jadul.
=Macam2 buku, jenis2 koran, aneka majalah, komik, stensilan, selebaran, brosur, iklan2 nya, berita2 nya, dsb.

Di Stasiun Kereta Api Jadul.
=Jam Stasiun, Bel Stasiun, jadwal, lampu2 sinyal, rambu2 perlintasan, gardu palang pintu, peluit kereta api, seragam kondektur, model karcis, tempat duduk di ruang tunggu, pedagang stasiun, bantalan rel, dll.

Perhiasan dan Asesoris Jadul.
=Kacamata, gelang, kalung, perhiasan dsb.

Alat Penerangan Jadul.
= Penerangan Luar Rumah, Penerangan Dalam Rumah, Lampu2 rambu dst.

Benda Seni, benda2 dekorasi/pajangan Jadul.
= Pigura, vas bunga, lukisan2, dll.

Alat2 Musik Jadul.
= Alat2 musik yang digunakan tempo dulu.

Aneka Wadah Jadul.
=Dompet, celengan, botol, dsb.

Lain lain Jadul.
= Semua hal yang tidak termasuk di dalam kelompok kategori, misalnya perkembangan kurs, harga emas, dll.

Selamat bernostalgia, berjadul ria.

Salam, Dimas Anto.