Oleh: L. Sumaryati Soeharno
Untuk Mas Harno almarhum.
Di dalam kesendirianku, sering aku memikirkan hal yang tidak2. Seolah olah aku masih dapat menghubungimu, maka aku tulis surat ini untukmu.
Masku sayang, dengan rasa gembira dan puas, aku tadi mengunjungi engkau di makam.
Ada Nuniek, ada Ririek, Ina, Anggi dan Titah, Dea dan Adhi pacarnya. Rasanya senang deh dapat mengunjungimu bersama anak2. Sebelum ke makam tadi, aku sempat foto2 dengan adik2 yang ada, rasanya di luar kesadaranku, waktu foto, dengan gembira aku berfoto, seolah olah itu foto yang terakhir.
Sebetulnya apakah ada perbedaan antara duniaku dengan duniamu? Rasanya tidak ada batas, karena aku masih merasakan hembusan nafasmu ditelingaku, rasanya hangat mengalir mengenai pori2 tembus ke pusat peredaran darah.
Dan kini setelah anak2 pada pulang kembali kesunyian mencekam kalbu. Tiada lalat bahkan seekor semutpun yang berkeliaran di sekelilingku. Kembali sunyi dan sunyi menggerogoti jiwaku. Andai semua mahkluk meninggalkanku seorang diri, oh alangkah sengsaranya hidupku ini.
Kukenang kembali saat indah bersamamu,
Ada rasa rindu jauh di lubuk hatiku
Kudengar sayup2 sampai ratapan jiwamu.
Sungguhkah kau dihampiri
Menusuk hati sanubari
Asmara muda teruna
Rayuan hati nan gundah gulana.
Kata2 itu merupakan kenangan manis yang tak terlupakan.
Sudah berapa puluh tahun semenjak surat itu kuterima. Namun semua itu tak terhapus dari ingatanku, makin kulupa makin terngiang dalam telingaku. Sungguh kata manis yang tercetus dari lubuk hatimu.
Kekuatan cinta itulah yang mendorong aku untuk selalu mengingatnya. Karena engkau adalah cinta pertamaku dan cinta terakhirku. Cinta adalah sesuatu yang sakral, itulah sebabnya aku selalu mengenangnya. Cinta adalah indah. Cinta adalah suci.
Namun ada kalanya cinta sangat menyakitkan, buktinya kau tinggalkan aku di dalam indahnya cinta.
Yogyakarta 16 Mei 2009
Lokasi Pengoenjoeng Blog
Senin, 06 Juli 2009
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar